Berhenti berharap



Seorang ustadz pada sebuah kajian pernah mengatakan : "jika kita mengagumi seseorang itu boleh banget, tapi yang gak boleh itu berharap terlalu dalam hingga membuat Allah cemburu dengan kita, kalau kita mau berharap boleh, kita mau mendoakanpun boleh, namun kita harus memberikan waktu atau batas maksimal kepada diri kita sendiri, sampai kapan kita mau mengagumi dia? sampai kapan kita mau mendoakan dia? sampai kapan kita mau berharap dengan dia? misalkan tentukan diam-diam mengagumi dia hingga berapa tahun? misal 1 atau 2 tahun, jika sudah melewati masa itu, sudah harus stop dan membuka hati yang baru".

Sepertinya, memang harus berhenti berharap..
sebelum rasa ini terlalu jauh....
sebelum Allah cemburu denganku, karena ia selalu ku sebut di dalam doaku...

Awalnya aku tak mengenalnya, aku hanya mengenalnya dari sebuah media sosial yang dimulai dari Direct Message. Sepertinya hanya dia yang DM nya aku balas dan aku memang jarang sekali bahkan hampir tidak pernah membalas DM dari orang yang tak dikenal. Aku membalas DM nya karena tidak sengaja melihat video sholawatan di sosmed miliknya, Masya Allah.. adem sekali suaranya..hehe..

tapi, entah mengapa rasa kagum ini selalu ada dan selalu muncul dalam bayanganku..
padahal bertemu pun hanya satu kali, tapi seperti membekas di hati...

Kini baru aku sadari, yang ternyata aku ....
diam-diam mengaguminya...
diam-diam mencintainya..
diam-diam mencari tahu semua tentangnya..
diam-diam memendam rasa ini..
dan diam-diam mendoakannya di sepertiga malamku...
sungguh indah rasanya bila memperhatikannya dalam doa, hehe..

kalau boleh jujur, First Impressionku mengenalnya ialah karena suaranya adem, dia anak yang baik, sholeh, paham agama, humoris, lucu, cerdas, vibesnya selalu positif, gaya berbicaranya halus, tulisannya keren-keren..

Aku senang membaca tulisan-tulisannya, dari tulisan-tulisan itu sedikit membuka pola pikirku dan ada secercah hidayah yang datang pada diriku, sehingga membuat aku harus lebih mendekatkan diriku kepada yang maha pencipta...

Terkadang aku ingin bilang, bahwa ia manusia yang hebat, dengan segala sikap low profile nya, segala kemurahan hatinya, meskipun aku juga tak ingin mengucapkan itu didepannya dan aku tak ingin ia mengetahui soal perasaanku, bagiku dengan mengaguminya secara diam-diam saja, itu sudah cukup membuatku senang..

Aku tak ingin terjatuh tertelan bumi, dengan mencintainya bak seperti menaruh harapan diantara gemerlapnya bintang-bintang, sebuah harapan yang sangat sulit untuk digapai..
Disini akulah yang menjadi peran utamanya, memang aku yang salah...
seharusnya rasa ini tak perlu ada, padahal aku tau skenarionya pasti akan berujung patah..

Seseorang pernah mengatakan padaku bahwa : "Jodoh adalah cerminan diri, bagaimana sikap kita dan bagaimana cara kita memperlakukan orang lain, itulah hal yang sama dilakukan oleh jodoh kita"

Aku merasa bahwa aku bukanlah cerminan dirinya, tetapi sisi positifnya ialah Allah mendatangkan ia hanya untuk menyadarkanku lewat tulisan-tulisannya bahwa betapa luasnya bumi ini, betapa luasnya karunia Allah yang  tiada tara. Maka aku hanya berusaha untuk menjadi manusia yang sebaik-baiknya, selalu semangat untuk menggapai sebuah impian dimasa depan, semuanya harus Lillahita'ala karena Allah". Apapun niat baiknya, jika itu karena Allah maka Allah akan memberikannya sesuai dengan apa yang diniatkan.

Jujur terkadang aku insecure, meski selalu terlihat semangat dan selalu optimis, tapi menurutku ini adalah hal yang masih manusiawi, dengan rasa insecure tersebut membuatku lebih sadar bahwa kita ini hidup harus bermanfaat untuk semua orang, kita ini harus selalu semangat menggapai tujuan dan cita-cita kita, kalau kita merasa insecure maka kita harus mencari sumber yang membuat kita insecure dan berusaha memperbaiki diri, meningkatkan skill kita agar tidak ada lagi rasa insecure tersebut.

Aku hanyalah seorang introvert yang sebenernya takut untuk bertemu dengan banyak orang, yang sebenernya takut untuk berbaur, lebih suka menyendiri, bahkan individualis banget, tapi suatu ketika eku membaca sebuah kata-kata motivasi yang menyatakan : "circle kita mempengaruhi keberhasilan kita", dalam konteks demikian aku menyimpulkan bahwa aku membutuhkan sebuah circle yang dapat membuka pola pikirku, aku berusaha untuk menjadi seorang extrovert meskipun itu adalah hal yang sangat melelahkan bagiku, tapi ternyata benar bahwa setiap kita bertemu dengan orang baru maka ilmu kita akan bertambah, pola fikir kita menjadi lebih matang, dan ternyata membuat hati lebih bahagia dan damai, ketika circle positif tersebut ternyata sefrekuensi. 

Aku selalu berdo'a kepada Allah, apabila suatu hari nanti ia tidak ditakdirkan untukku, Alhamdulillah gapapa karena Allah maha tau apa yang terbaik untukku, dan aku bersyukur karena telah berusaha menjadi diriku dengan versi yang lebih baik dan lebih bahagia.

Kembali ke awal, karena tak seharusnya rasa ini hadir...
kita gak bisa menyetir hati kita, tapi kita bisa mengerem hati kita agar tidak terjatuh...


-Dina Amalia Permatasari-


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjadi IBU seperti yang Allah mau - Resume Kajian Ustadzah Halimah Alaydrus

CHICKEN

BAGAIMANA CARA MENGOBATI PATAH HATI DALAM ISLAM?